Jihad Santri: Kebangkitan Negeri dengan Modernitas Melalui Jihad Intelektual Santri

Pada Minggu, 22 Oktober 2023, kita telah merayakan peringatan Hari Santri Nasional Ke-9. Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tahun ini mengusung tema yaitu "Jihad Santri Jayakan Negeri" yang tentunya memiliki makna dan tujuan yang luas. Tema HSN 2023 diumumkan oleh Menteri Agama, KH. Yaqut Chalil Qoumas, di Auditorium HM Rasjidi, Gedung Kementerian Agama, pada Jumat, 6 Oktober 2023.

Sebelum masuk ke dalam pembahasan lebih lanjut, penting untuk memahami siapa sebenarnya yang dimaksud dengan ‘santri’. Aguk Irawan, penulis buku “Akar Sejarah Etika Pesantren di Nusantara,” memberikan beragam definisi santri dari berbagai ahli, salah satunya menurut Zamakhsyari Dhofier. Zamakhsyari menjelaskan bahwa istilah ‘santri’ memiliki akar kata dari bahasa India, shastri, yang merujuk pada orang-orang yang mengetahui buku-buku agama Hindu. Penting untuk diketahui bahwa pada masa itu, mayoritas penduduk Nusantara menganut agama Hindu-Budha. Kini, kata ‘santri’ dapat merujuk kepada individu yang terlibat dalam pengetahuan keagamaan, baik itu dalam konteks agama Hindu maupun agama Islam. Aguk Irawan juga memberikan definisi santri secara etimologi yang berasal dari kata ‘cantrik’ yang berarti ‘orang yang selalu mengikuti guru.’ Santri biasanya tinggal di pesantren, yang secara harfiah berarti “tempat tinggal para santri.” Selanjutnya, Zamakhsyari membagi katagori santri menjadi dua kelompok, yaitu ‘santri kalong’ dan ‘santri mukim.’ Santri kalong merujuk kepada santri yang tidak menetap di pesantren, sementara santri mukim, menetap dalam pondok pesantren. Berdasarkan pemahaman ini, dapat disimpulkan bahwa santri adalah individu yang secara mendalam mempelajari ilmu agama, baik yang menetap di pondok pesantren maupun tidak.

Saat ini, masih ada pandangan di masyarakat yang beranggapan bahwa santri hanya memiliki pemahaman dalam ranah keagamaan, sementara pengetahuan umum mereka dianggap kurang kompetitif. Bahkan, kehidupan di pondok pesantren sering dianggap ketinggalan dalam mengikuti perkembangan dunia luar. Faktanya, saat ini banyak pondok pesantren yang telah mengambil inisiatif untuk membangun sekolah-sekolah mereka sendiri yang menjadikan mata pelajaran umum sebagai bagian penting dari kurikulum mereka. Lebih jauh lagi, beberapa pesantren juga memberikan kesempatan kepada santrinya untuk terlibat dalam kegiatan di luar lingkungan pesantren. Bukan hanya itu, banyak pesantren yang telah menyediakan fasilitas bagi santri-santrinya untuk mengejar minat keilmuan yang lebih luas. Oleh karena itu, penting bagi pesantren dan santri untuk menunjukkan bahwa mereka tidak tertinggal dalam hal pengetahuan umum dan teknologi. Meskipun masih ada beberapa pesantren yang mungkin belum sepenuhnya mengadopsi teknologi yang berkembang begitu pesat, alasan seperti terbatasnya sumber daya atau keinginan untuk menjaga tradisi pesantren juga perlu dipertimbangkan.

Tema Hari Santri Nasional Tahun 2023, "Jihad Santri Jayakan Negeri," memiliki makna mendalam dari aspek historis dan kontekstual. Secara historis, tema ini mengacu pada seruan jihad yang pertama kali diungkapkan oleh KH. Hasyim Asyari dalam upaya mengusir penjajah yang kembali ke Indonesia. KH. Hasyim Asyari memberikan fatwa untuk melakukan gerakan jihad, yang dikenal dengan Resolusi Jihad, dengan semangat hubbul wāthan minal imān. Sebelumnya, para pemuda yang pada dasarnya adalah santri, telah menjalani pelatihan militer. Inilah titik awal terbentuknya Tentara Hizbullah.

Secara kontekstual, "jihad santri" yang dimaksud adalah jihad intelektual. Para santri diharapkan menjadi pejuang dalam melawan kebodohan dan ketertinggalan. Meskipun santri umumnya mendalami ilmu agama di pondok pesantren, mereka juga harus berusaha untuk memiliki pemahaman yang kuat tentang ilmu pengetahuan umum, terutama di era di mana teknologi digital semakin merajalela dan ilmu pengetahuan semakin berkembang. Dalam konteks ini, santri tidak boleh tertinggal dalam hal pengetahuan umum dan teknologi. Di kalangan santri juga perlu dihasilkan generasi-generasi ilmuwan, mirip dengan masa keemasan peradaban Islam di masa lalu. Tema Hari Santri Nasional Tahun 2023 menjadi pengingat akan pentingnya peran santri sebagai agen perubahan yang berjuang melawan ketidaktahuan dan ketertinggalan dalam berbagai aspek kehidupan.

Di era yang didominasi oleh teknologi digital, kebutuhan akan literasi digital tidak terbatas hanya pada kalangan tertentu, termasuk para santri. Santri juga memiliki peran penting dalam menghadapi zaman digitalisasi ini untuk kemajuan negara. Mereka perlu memiliki pemahaman yang mendalam terhadap perubahan budaya yang terus berubah dan berkembang, sehingga mereka dapat terus beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi seiring berjalannya waktu. Hal ini tentu harus berfokus pada perubahan yang mengarah kepada perbaikan. Konsep klasik yang sering diutarakan, yaitu "menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik," harus menjadi pedoman. Dalam konteks ini, tujuannya bukan hanya semata berhenti pada upaya menjaga (al-muhāfażah `alal qadīm aṣ- ṣālih), tetapi juga untuk mendorong inovasi dan kreativitas (al-akhdhu bil jadīd al-aṣlah). Dengan cara ini, para santri dapat menjadi agen perubahan yang tidak hanya melestarikan nilai-nilai yang berharga dari masa lalu, tetapi juga menggabungkannya dengan ide-ide baru yang lebih baik dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan dan kemajuan bangsa.

Seruan untuk melakukan jihad intelektual guna memajukan negara adalah penting. Anak muda pesantren yang cerdas berperan sebagai kunci dalam mewujudkannya. Mereka tidak hanya menjaga warisan pesantren dan eksistensinya, tetapi juga memperkaya tradisi tersebut dengan pengetahuan baru dan nilai-nilai yang relevan. Dengan adanya jalan baru, pengetahuan baru, dan nilai-nilai baru yang disampaikan oleh anak muda pesantren akan menumbuhkan kecintaan mereka terhadap pesantren dan negara. Ini adalah upaya menyambung tradisi dengan modernitas. Dengan terciptanya generasi santri cerdas, akan memberikan sumber daya manusia yang unggul, pemimpin berkualitas, tradisi dan budaya, dan pendorong kualitas pendidikan serta kesejahteraan sosial. Santri yang cerdas memiliki peran kunci dalam memajukan negara dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan hingga ekonomi, budaya, dan sosial. Keberadaan mereka adalah aset berharga yang perlu diberdayakan untuk kemajuan bangsa dan negara.

Ibnu Raju Humam -

Komentar