Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2025

Sepucuk Tanya Untuk Bapak

  Pak, waktu kecil, katamu aku boleh tertawa dan bahagia sepuasnya, tapi kenapa saat dewasa aku banyak menangis dan bersedih?   Pak, waktu kecil, katamu semua orang baik, mereka akan membantuku setiap waktu, tapi kenapa saat dewasa, ketika aku dalam kesusahan mereka menghilang?   Pak, waktu kecil, katamu aku boleh menjadi apapun yang aku mau, tapi kenapa saat dewasa aku dituntut untuk menjadi seorang pekerja?   Pak, waktu kecil, katamu dewasa menyenangkan, tapi kenapa saat dewasa aku tidak merasakannya, apakah seperti itu dunia berjalan?

Merayakan Fana dan Psikadelia, Mengubur Diri Sendiri

Sembari mengemas kenangan-kenangan yang berserakan di tahun kemarin dan menyiapkan berbagai figura untuk kemudian diisi dengan potret kenangan di tahun ini, ada baiknya kita kembali berfikir tentang keberadaan kita sebagai manusia. Mahluk yang disebut Al Quran sebagai sebaik-baiknya konstruksi yang Tuhan ciptakan, sekaligus juga mahluk yang diatributi oleh-Nya dengan sifat kelemahan. Apakah pemaknaan kita mengenai keberadaan diri ini sudah mendekati kata tepat, atau justru apa yang kita pahami selama ini masih belum akurat? Namun, sebelum kita memasuki dimensi abstrak dalam pikiran untuk dihuni keping-keping buah tafakkur tentang makna keberadaan, ada baiknya kita mengenal 'tempat' dimana kita berada, yaitu dunia. Saya akan mencoba memberikan terminologi dunia yang kita huni ini dengan penggalan bait lagu yang belakangan sering saya putar, yaitu lagu berjudul 'Merayakan Fana' milik Barasuara. Adapun penggalan baitnya seperti ini :   "kita lintasi ribuan pelan...

Salat yang Penting atau yang Penting Salat?

Beberapa hari yang lalu, saya diamanati oleh pengurus pondok untuk berbicara di depan forum dalam rangka kegiatan khitobah mingguan pondok. Tema yang saya angkat pada saat itu adalah salat (sebuah tema yang sangat mainstream tentunya). Bisa dibilang ini merupakan seri lanjutan dari pembahasan minggu sebelumnya yang juga membahas salat. Titik tekan pembahasan pada minggu sebelumnya ada pada bagian akhir Q.S. Thaha ayat 14 yang berbunyi “dan tegakkanlah salat untuk mengingat-Ku”. Kurang lebih Mas Ashom (mahasantri yang saat itu bertugas) menekankan pada salat yang hanya menjadi formalitas ibadah (dianggap sekedar ritual ibadah wajib saja), akan tetapi perlu juga dimaknai sebagai upaya mengingat Allah SWT. Sedang saya menitikberatkan pembahasan khitobah pada arti filosofi salat. Saya akan sedikit mengulik kedua topik di atas untuk coba mengambil konklusi yang lain. Bagian akhir Q.S Thaha ayat 14 yang berbunyi “dan tegakkanlah salat untuk mengingat-Ku” sebenarnya menimbulkan sedikit po...